Masjid Al-Ikhlas
Home » , , , , , , » Gus Baha': Musibah, Ekonomi, Doa (Rezeki vs Maksiat)

Gus Baha': Musibah, Ekonomi, Doa (Rezeki vs Maksiat)

Saya itu pernah ... ini kisah nyata.

Saya itu pernah bermunajat pada Allah SWT. Saya itu hampir-hampir saja berdoa supaya Indonesia tidak ada musibah. Ya selazimnya manusialah, kadang juga takut musibah. Tapi langsung spontan seperti dijawab (artinya dijawab lewat firasat ilmiah saya, kealiman saya,) dijawab begini:
"Ha', nggak ada musibah itu juga baik. Yang sujud merasa tenteram sujudnya, yang mengaji merasa tenteram mengajinya. Masalahnya adalah orang yang zina juga tenang berzinanya. Orang dugem juga tenang dugemnya."
😆😆

QS ASs Syu'ara 27
"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi."

Problemnya kan seperti itu. Misalnya di dunia tidak ada gempa. Okelah, yang seperti kyai Musthofa juga  bisa rajin dan tenang tahajudnya. Kyai Rukhin juga bisa sabar akan kefakirannya menikmati rokoknya ngalor-ngidul. Masalahnya adalah jika tidak ada musibah, orang maksiat bisa tenang dalam kemaksiatannya!
Akhirnya saya nggak berani berdoa."Ya sudah, Gusti. Dunia ini milik-Mu, sudah saya nggak ikut-ikut. Tapi tetap saya berdoa saya tidak kena musibah. 😆😆"

Tapi kalau ingin berdoa menghilangkan akar masalah musibahnya, itu kita pasti bingung, karena pikiran kita di dunia pasti begitu.

Andaikan Indonesia ekonominya baik, misalnya pertumbuhan 10%, yang maksiat juga tambah parah kemaksiatanny, yang biasa beli "babon" juga tetap beli "babon" karena bagaimanapun juga sudah jelas garis ketetapan nash Allah:
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ

"Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi."

Jika ekonomi negara maju, yang bisa maksiat pakai lonthe lokal jadi pakai lonthe Singapura.
Tapi demikian juga bila ekonomi hancur, nggak punya uang, masjid juga mati semua. Makanya ketika saya diminta doa: "Gus, doakan ekonomi Indonesia pulih."
Saya jawab, "Saya ini ulama, nggak mau saya berdoa. Saya nggak tahu."
"Tapi kalau ekonomi pulih, pondok bisa baik, masjid bisa baik."
"Tapi maksiat juga tambah baik, Blok, Goblok! 😆😆 Kyai kok kamu ajak mikir kapital. Aku ini orang alim, jangan kau ajak berpikir kapitalistik."
"Berarti Njenengan nggak nasionalis?"
"Saya ini orang akhirat kok kau tanya nasionalis. 😆😆Pokoknya perhitunganku akhirat. Entah yang seperti itu nasionalis atau tidak, yang penting saya nggak menentang Pancasila. Saya juga senang dengan Pancasila, tapi jangan ajak saya sepemikiran denganmu."
Ulama kok diajak mikir bodoh-bodohan, kan nggak lucu. 😂

Meskipun ekonomi tumbuh itu saya setuju. Saya setuju. Tapi kau tidak usah berdoa melibatkan Allah gitu lho. Kalau kau melibatkan Allah apakah bisa menjawab pertanyaan-Nya: "Ketika ekonomi baik, yang maksiat tetap maksiat, bahkan naik."
Paham ya! Iyalah, sudah pasti, saya jamin, jelas banget itu. Wong baru segini sedikit berkembang ekonominya saja tingkah kalian sudah masyaAllah.🤣😂

Tapi yang taat juga memang jadi baik. Misalnya Musthofa daripada tidak punya uang ya lebih baik punya uang. Kalau tidak punya uang, Ka'bah saja dia nggak ada keinginan melihat! itu kan seburuk-buruknya orang soleh. Saat saya tanyai,"Pingin umrah, Mus?"
Dia jawab, "Tidak terbersit di pikiran saya." 😆😆
Karena yang ada di dalam pikirannya hanya bagaimana memenuhi belanja buat besok. Nah kan memang repot beneran jika sampai orang soleh nggak punya uang. Bayangkan, gara-gara miskin, sampai melihat Ka'bah, sowan Kanjeng Nabi saja nggak pernah terpikirkan olehnya. Itu kan sudah benar-benar parah. 😆

***
Sepenggal Pengajian Gus Baha' Nashaihul 'Ibad Maqalah ke-4

https://www.facebook.com/SantriGayengCom/videos/455276248696677/

0 comments:

Posting Komentar