Masjid Al-Ikhlas
Home » , , , , , , , , » Gus Baha': Panduan Sikap sebagai Kyai dan Sikap sebagai Umatnya

Gus Baha': Panduan Sikap sebagai Kyai dan Sikap sebagai Umatnya

PENTINGNYA KYAI MENGAJI DI DEPAN UMUM

Saya tadi sudah istifadah dengan Gus Ghofur, (tentang bahwa) memang menyampaikan ilmu di depan umum itu penting, supaya tidak ada alqila wal qol. Jadi ini diulang-ulang bi hadhrati ashhabi, yg dalam ilmuhadits itu penting sekali supaya ilmu itu mutawatir.
Kalau mengijazahi orang tertentu, hanya Anda saja  yang diijazahi, itu rentan mengibuli.😆
Sama seperti pedagang yang bilang, "Hanya sampeyan yang saya kasih diskon."
Padahal semua juga dia bilang diberi diskon. 😂
Seorang kyai yang mengijazahi di depan umum, dia akan terkenal. Tapi yang mengijazahi khusus, itu bahaya. Pasti klenik.😆😆
Makanya saya itu pede ngaji di depan umum, karena jika keliru ya langsung dibenarkan Gus Ghofur, kalau benar ya ganjaran (berkah)nya banyak.
Tapi kalau ngaji hanya berduaan, itu kaya orang kolusi: "Nanti kalau keliru jangan bilang-bilang ya." 😂

Gus Baha ger-geran dengan Gus Reza, Gus Kautsar, dan Gus Ali Mashuri
Gus Baha ger-geran dengan Gus Reza, Gus Kautsar, dan Gus Ali Mashuri

Jadi saya itu suka ilmu yang mutawatir karena validitasnya jelas. Makanya dulu, hadits itu dikaji. Tidak mutawatir artinya tidak mutu. Hadits yang
 في الرتبةالعليا
tentu yang mutawatir, dikatakan  bihadhrati ashhabi atau ketika Nabi SAW berkhutbah. Apalagi pidato Nabi SAW di haji Wada'.
Sehingga hadits ahad itu banyak yang masalah, karena kalaupun shahih ada subyektivitas perawi. Jadi kata kunci bi hadhrati ashhabi ini penting.

BAGAIMANA KYAI & UMATNYA BERSIKAP

Nggak semua pertanyaan itu harus ditujukan pada kyai. Sekarang orang itu salah alamat, bertanya pada kyai tentang segala hal. Setiap memiliki uneg-uneg segala hal yang janggal, ditanyakan kyai. Padahal tidak harus ditanyakan. Itu karena kebiasaan manusia sering menuntut orang lain menjadi solusi bagi masalah pribadinya. Itu problem orang kota, sering membebankan masalah yang dihadapinya pada negara, pada kyai, padahal masalah itu adalah sebagai hukuman kesalahannya sendiri.

Saya masih ingat betul ketika kasus AIDS, Mbah Moen, orang yang sangat syafiq li ummatih, agak marah, baru kali pertama itu saya lihat beliau marah, yaitu ketika datang seorang dokter peneliti yang sangat tertantang mengobati AIDS. Mbah Moen tidak menjawab, tapi setelah dokter itu pulang beliau ngendikan begini: "Allah SWT itu kadang menghendaki semua itu ada sanksinya, tujuannya supaya manusia bertobat kembali ke Allah. Ada orang hidup ngawur, akhirnya punya banyak utang, itu sanksi supaya hidupnya baik."
Intinya Mbah Moen itu mau menyampaikan bahwa kesalahan itu ada sanksinya supaya orang bertobat. Tapi sekarang ini, setiap kyai ditanyai seperti itu malah berusaha mencari solusi, padahal Allah ingin memberi sanksi. Itu banyak kasus seperti sampeyan yang saat mondok malas belajar, lalu sekarang mau jadi kyai bingung lalu minta saya, "Gus, kasih saya ilmu laduni." 😂😂

Padahal itu sanksi bagi sampeyan karena ketika mondok tidak rajin belajar. Sampeyan biar tahu rasanya malu membaca/berdalil keliru di depan umum.Kok malah minta ijazah laduni. Padahal mintanya  ke kyai yang sekolah saja pernah tidak naik kelas.🤣🤣

Ada orang istrinya purik pulang ke rumah ortangtuanya, kok dia malah datang ke kyai, minta cara agar istrinya kembali pulang. Padahal sudah lama dia nggak menafkahi istrinya. Ini malah minta doa puter giling, supaya istrinya balik pulang. 🤣🤣

 Ya saya jawab, "Yang wajar istrimu itu seharusnya minggat sudah lama. Berarti istrimu orang pandai, ngerti kamu nggak bisa  menafkahi, akhirnya dia pulang ikut orang tua. 😆😆
Kok malah cari akik pengasihan hanya ingin istri merasa senang walau tidak dicukupi nafkahnya. 😂😂

Jadi itu pelajaran bagi saya, kata Mbah Moen la'alahum yarjiun, la'alahum yantahun bahwa setiap kesalahan itu Allah menghendaki ada sanksinya,tapi maksud Allah baik supaya tobat. Tapi sekarang sanksi itu mau direkayasa dihilangkan, kadang konsultannya itu kyai. 😆😆

Mbah Moen cerita, akhirnya ada seoarang kyai yang lupa. Dia dimintai ijazah doa supaya kaya oleh santrinya. Karena malu mau bilang tidak bisa, kyai itu memberi ijazah juga berupa dhuha dan doa. Kyai itu lupa kalau dirinya sendiri melarat. 😆😆
Si santri dipanggil oleh Mbah Moen, "Kau minta ijazah sama siapa?"
"Sama kyai saya."
"Sini kuijazahi. Minta ijazah doa kaya itu pada yang kaya. Lha kyai itu sendiri faqir kok kau minta ijazahi." 😆😆

Gara-gara memaksakan diri setiap pertanyaan bisa menjawab, kyai akhirnya lupa daratan.
Seorang santri kepala memberi ijazah doa mahabbah, tidak sadar dirinya sendiri perjaka tua.😂😂

Jadi intinya ya kalau (kyai) itu nggak bisa, ya bilang saja tidak bisa. Jangan sampai lupa daratan. Itulah problem yang kita hadapi. Saat ada masalah, yang terjadi akhirnya malah tambah gaduh karena semua  orang memaksa diri untuk menjawab (padahal kadang sok tahu). 

Pokoknya paling mudah kalau ditanyai, jawabnya adalah: wallahu a'lam. Meski nanti juga akan dijawab, "Sudah dari dulu, Mbah." 😂

***
Keterangan: istilah "puter giling" itu saya tambahi sendiri 😂
Sepenggal pengajian Gus Baha' dalam acara Ngaji
Kitab Hadits Arbain lil Ajuri yang diselenggarakan oleh HIMMA Pekalongan (Himpunan Mutakharrijin Mutakharrijat Al-Anwar) di PP Hidayatusyibyan (asuhan Kyai Munib), Pesantunan, Kedungwuni, Pekalongan
Kamis malam Jumat, 2 Januari 2020
Kredit foto:  Progresive TV
https://www.youtube.com/channel/UC7Rs_KE-_jI55Cdp9cStvMg

0 comments:

Posting Komentar