Masjid Al-Ikhlas
Home » , , » Gus Baha': Mengajar Itu Seharusnya Santai Saja (Gerakan Cangkem Elek)

Gus Baha': Mengajar Itu Seharusnya Santai Saja (Gerakan Cangkem Elek)

Gerakan Cangkem Elek

Saya itu berkali-kaling bilang kalau saya termasuk ulama  yang mau bikin gerakan cangkem elek. karena nanti kalau nanti saya nisbatkan (cangkem elek) pada Nabi itu nggak pantas karena Nabi ahsanannasi khalqan wa khuluqa. Tapi saya siap jadi bempernya Rasulullah SAW.

Jadi kalau kamu tidak bisa membela agama dengan cara yang lurus, karena nggak bakat 😆, gpp pakai cangkem elek tadi, karena nggak mungkin gerakan ini disnisbatkan pada Rasulullah SAW.
Kalau kita kesulitan menjawab dengan yang baik2, ya sudah menjawab dgn cangkem elek saja. Tapi tentu gerakan ini tidak bisa dinisbatkan kepada para nabi.

Sesungguhnya akal itu pasti menerima kebenaran.
Sesungguhnya akal itu pasti menerima kebenaran.

Tapi saya pastikan, meskipun tidak bisa dinisbatkan kepada para nabi, segi cangkem elek tadi secara semangat itu sama. Jadi se-ngawur2-nya saya juga pasti ada sanadnya 😆, (yaitu ketika) Nabi Ibrahim dinterogasi siapa penghancur berhala, beliau berkilah dengan menjawab mengapa tidak ditanyakan saja pada berhala yang berkalung kapak, karena saya tidak membawa kapaknya (QS. Al Anbiya 58-67).

Jadi mulai dulu, melawan kebathilan itu kadang harus memakai logika yang vulgar, karena memang tidak mungkin dengan bahasa2 priyayi. Itu tidak mungkin. Kalau nanti tidak mungkin dinisbatkan kepada Rasul, karena nabi adalah  احسن الناس خلقا وخلقا, kita yang ambil alih saja: Gus Reza, saya, Gus Kautsar, ini kan cangkem elek pantes, luwes. Selain bakat ya natural. 🤣
Karena itu memang cara menjelaskan kebenaran. Saya ulang lagi: itu cara kita menjelaskan kebenaran. Mau tidak mau!

(Jadi cangkem elek itu logika2 sederhana yang nakal/vulgar tapi menjadikan orang sadar, (kadang dengan mengembalikan atau membalikkan analogi lawan bicara)).

Mengapa Bicara Vulgar Bisa Tetap Relaks?

Saya itu mengajar santai saja, karena yang ada di pikiran saya adalah: "fainnal 'uqula mudhtharatun ila qabilil haq"

(Mengajar itu seharusnya santai saja karena di pikiran kita sudah tertanam bahwa) yang namanya akal sehat itu pasti dipaksa untuk menerima kebenaran.

Jadi kebenaran itu tidak usah kau ngomongkan secara serius, tidak perlu itu. (Akal orang lain tidak perlu dipaksa menerima kebenaran yang kita omongkan karena dengan santai pun jika jika yang kita bicarakan itu adalah hal yang benar, akal mereka otomatis akan menerima). Kebenaran itu mudah diterima. Kebenaran yang mutlak itu juga tidak akan terganggu apapun status seseorang, (siapapun dan apapun kondisinya, akalnya pasti akan mengakui).

(Seperti kata Imam Syafii):
“Apapun yang saya katakan kepada kalian, kemudian akal kalian tidak mengakui, menerimanya, dan melihatnya benar, maka jangan menerimanya; karena sesungguhnya akal itu pasti menerima kebenaran.”

***

Sepenggal pengajian Gus Baha' dalam acara Ngaji Mahasantri Milenial bersama KH Baha'uddin Nursalim (Gus Baha'), Gus Reza, Gus Kautsar di aula lantai 3 PWNU Jatim, 12 Oktober 2019

Tolong Gus2 dan santri di sini artikan, saya mau nulis artinya gak paham bahasa Arab. 🤪😆🤣
Saya coba terjemahkan pakai Google Translate, jika keliru mohon dikoreksi. Maturnuwun

0 comments:

Posting Komentar