Masjid Al-Ikhlas
Home » , , , » Gus Baha': Makna Mengabaikan Al-Quran dan Nahi Munkar (Supaya Tidak Jadi Khawarij)

Gus Baha': Makna Mengabaikan Al-Quran dan Nahi Munkar (Supaya Tidak Jadi Khawarij)

Doa Pembuka: (Alfatihah)

Jadi saya jelaskan ya.
Kelak ada kitab yang namanya Syikayatul Quran,yaitu Al-Quran yang kita baca mengadu ke Allah (syikayah itu mengadu), karena nasibnya ditinggalkan, maksudnya tidak dipedulikan.
Saat nanti sowan ke Allah, Nabi SAW mengeluh:
يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Gusti, nasib Al-Quran itu sudah dibiarkan

Makna Mengabaikan Al-Quran

Dibiarkan itu maknanya begini:
Ini di tafsir Showi, saya bacakan supaya tidak menjadi khawarij.
Membiarkan itu ada yang kulliyah/total, bahkan tidak diyakini sebagai kalamullah/wahyu. Itu kafir tulen, benar-benar kafir.
Ada yang membiarkannya semi, agak iya agak tidak. Iman juga, tapi nggak paham. Jika ingin paham, ya pura-pura paham. Ini ruwet. 😆😆Ini banyak sekali. Dan itu juga muslim. Tetap muslim tetap mukmin, tapi dianggap fasiq.
Misalnya contoh gampang begini. Ini saya baca ya, jadi supaya Anda tidak menjadi khawarij. Saya bacakan Arabnya, nanti saya jelaskan:
وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا
Jadi ini Kanjeng Nabi SAW itu mengeluh Al-Quran itu diabaikan oleh orang kafir

(Gus Baha' membacakan tafsir shawi di bawah)


Tafsir Shawi Al-Furqan ayat 30
Tafsir Shawi Al-Furqan ayat 30

Jadi begini ya. (Ini) dhawuhnya Imam Shawi sebagai pensyarah Jalalain dan dhawuh ini pasti benar. Saya pastikan benar karena saya berkali-kali membaca di Shahih Bukhari, dan saya ajarkan di Sarang, di mana-mana, saya ulang-ulang.
Ayat ini bagaimanapun juga turun pada orang kafir yang i'rad (meninggalkan) Al-Quran itu artinya tidak menganggap itu sebagai kalamullah.
Tapi kalau orang mukmin seperti kita-kita ini meninggalkan Al-Quran dalam arti tidak mengamalkan, itu hanya fasiq. Fasiq pun kadang2 tidak jadi fasiq, karena ketaatannya lebih banyak.
Misalnya begini contoh mudahnya:
Ada orang maniak perempuan: Dia zina tidak mau, tapi kalau tidak cangkrukan di perempatan melihat perempuan cantik, kepalanya pusing. 😆
Banyak lho. Orang Islam itu mayoritas juga seperti itu. Kelakuannya begitu. 😂🤣
Nah, dia ngerti bahwa itu salah menurut Al-Quran, karena:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ 
Orang mukmin itu kalau bisa berpejamlah, jangan sampai melihat perempuan yang bukan mahram bukan istrinya ...
وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ
... dan menjaga farjinya dari zina

Jadi dia separuh sukses. tapi kalau nggak memandang, nggak sukses. 😆
Nah itu nanti untung2an. Kalau Allah pas dengan itu ya akan memaafkan. 😆
Misalnya ya Islamnya sudah lama, sudah jenggoten, macam2, dimaafkan 😂
Apalagi yang sudah ditakdir melarat seperti Rukhin, Sudah diampuni. 😆 Melaratnya itu kafaratnya,

Macam2. Ada juga orang alim. Biasanya dosa terbesar orang alim itu tidak berani nahi munkar karena tidak punya nyali atau punya perhitungan khasnya orang alim. Itu nanti kena khitab:
لَوْلَا يَنْهَاهُمُ الرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ عَنْ قَوْلِهِمُ الْإِثْمَ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ
Mestinya orang2 terpelajar itu harus mencegah kemunkaran.

Lha itu biasanya orang alim nggak punya nyali, karena tidak punya otoritas. Misalnya di Indonesia:
Dia tidak berhak (memiliki kuasa, atau surat sah kuasa) membubarkan Dolly. Lebih mudah walikota. Kyai hanya bisa berteriak zina itu haram, Dolly itu haram, tapi tidak punya otoritas membubarkannya.
Masih mendingan walikota, dengan SK pengangkatannya bersama Satpol PP-nya membubarkan Dolly. Dulu di Jakarta yang bisa membubarkan Kramat Tunggak itu Walikota Sutiyoso. Dolly di Surabaya yang bisa membubarkan walikota yang sekarang, perempuan dan malah dari PDI-P, bukan dari PKB. 😂
Ini kan ilmiah saja, tidak usah tersinggung. Itu faktanya ya seperti itu. 😂

Tapi ulama kalian bilang kalah dengan walikota perempuan yang membubarkan Dolly juga keliru. 
Hitung saja: orang yang tidak berzina karena didikan ulama mulai dari kelas kecil TPA, itu jutaan. Taruh saja Musthofa punya murid 20. Ada orang punya murid 100. Orang yg dididik antizina oleh ulama itu hasilnya jutaan mungkin puluhan juta dan mungkin mereka punya generasi yang ber-evolusi antizina sampai mati.
Seperti itu namanya juga nahi munkar karena makna nahi munkar itu al intiha anil munkar, pokoknya kejadiannya tidak jadi munkar. 

Itu yang saya sesali dari para mubaligh. Mubaligh itu sering bilang nahi munkar itu seperti membubarkan Dolly.
Tidak seperti itu saja, tapi juga setiap kemunkaran yang dihentikan, itu namanya nahi munkar
Makna nahi itu mencegah, artinya tidak melakukan atau tidak terjadi.
Dan itu ulama berkontribusi besar, hampir semua pondok. Saya baru membuka hal ini. Saya pernah bercerita ini ke Kyai Rumanto:
"Mas Rum, bikin pondok itu tidak usah sungguh2. Pokoknya ngaji, shalat menghadap ke kiblat., umumnya pondok. Ga usah menghasilkan santri alim, kalau untung ya dapat santri alim, kalau tidak pas momennya  ya sudah. paling tidak kelebihan pondok itu satu, misalnya kyainya tidak alim, atau agak tidak benar, ada kesepakatan menabukan zina. Ini kelebihan pondok, ada kesepakatan mentabukan; zina, mencuri, melakukan sesuatu asusila. sehingga kita punya konsensus dengan tradisi pondok TPO/TPA, di mana barang buruk dihukumi buruk." 
Kau tidak usah membayangkan ideal:
hafidz sampai lancar,
dilombakan sampai menang,
laris, 😆
tidak usah begitu, tidak usah berlebihan spt itu.
Ini penting saya utarakan.
Mencuri juga begitu. Polisi menangkap maling itu nahi munkar karena malingnya tidak jadi maling
Tapi jutaan orang yang tidak maling, yang tidak pernah maling, itu karena didikan ulama. (Ini juga nahi munkar).
Polisi menangkap yang pernah maling, ya nahi mungkarnya yan terlanjur maling. Membubarkan Dolly karena yang sudah kadung zina.
Kalau ulama malah mendidik santri mendidik umat mulai kecil,dan banyak jutaan yang bahkan tidak pernah zina karena didikan ulama. Mulai dari yang pakai kharizma sampai yang menakut-nakuti sopor diiris alat kelaminnya. 😆
Itu modele Rukhin yg bisa menjelaskan: kelak yang zina ditusuk alat kelaminnya. Kalau saya tidak tega. 😆
Macem2 lah penjelasannya.
Nah itu. Saya ulangi lagi:
Bahkan di antara akidah alussunah:
Ini dengarkan sungguh2, kalian boleh nggak cocok, tapi klo gak cocok itu keliru, neraka kalian, karena ini nashnya Allah:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Orang yang sukses menghilangkan dosa besar, itu insyaAllah dosa kecilnya dimaafkan

Jadi misalnya seperti Rukhin biasanya di perempatan jalan lihat perempuan, juga ditulis oleh Allah:
mata Rukhin dosa
hatinya berangan-angan, tetapi tidak berhasil
Ditulis terus oleh Allah
Tapi dia sukses meninggalkan zina: pokoknya aku klo melihat mau, kalau zina tidak akan!
Itu bisa saja di akhirat diampuni karena berkah meninggalkan dosa besar.

Misalnya kau benci pada tetangga, lalu menggunjingnya. Menggunjing itu berdosa.
Tapi bisa saja diampuni karena tidak membunuh tidak menyantetnya.

Jadi di semua segmen dosa itu kan ada kategorinya kelas berat, kelas ringan.
Misalnya nggak cocok dengan orang lain, dosa kelas atasnya membunuh. Kelas ringannya menggunjing.
Senang perempuan, dosa kelas beratnya zina, kelas ringannya memandang.
Itu kelak bisa saja barokah menjauhi dosa besar, dosa kecilnya diampuni.
Intajtanibu:
Jika kamu menjauhi dosa besar,
nukaffir 'ankum sayyiatikum
Biar orang2 zuhud tidak percaya lah, bagaimanapun juga itu dhawuh Allah.
jadi harus iman dan ini menguntungkan.  😆
Paham ya.
Pokoknya asal berhasil menjauhi yang besar, yang kecil diampuni.

Tapi pertanyaannya, menurut Fathul Mu'in, adalah: 
Masalahnya adalah yang kecil-kecil itu terus-terusan dan telanjur menumpuk menjadi besar. 
🤣🤣
Sengsara sudah. 😆 Nggak jadi kecil, karena akumulasinya menjadi besar.
Makanya ketika menerangkan wahyu ini, Nabi SAW sempat bercanda bertanya:
Kau tahu gunung? dhawuh Kanjeng Nabi SAW
Demikian besarnya gunung itu berasal dari butiran pasir kecil-kecil. Jadi bisa saja dosa Rukhin yang kecil-kecil itu sudah jadi gunung dosa. 😆

Karena itu kata Fathul Mui'in dalam menakrifi orang shaleh itu siapa? Yaitu "orang yang taatnya lebih banyak daripada maksiatnya." Bukannya tidak maksiat, karena nggak mungkin.
Cuma masalahnya akumulasi maksiat ini kan tinggi sekali.
Misalnya contoh mudah
maksiatnya orang melarat:
Di perempatan memandangi perempuan
Di perempatan menggunjing orang kaya
Hasut (dengki) terhadap orang
Bertengkar dengan istri

Maksiat orang kaya sama saja:
memandangi perempuan, ini penyakit orang kaya dan miskin, sama saja  😂
sombong,
menyepelekan orang,
membanggakan hartanya,
Sama saja.

Asal kamu bisa menghilangkan yang besar, insyaAllah ada kemungkinan besar yang kecil diampuni. Tapi syaratnya harus tetap kecil, karena gunung itu besar karena akumulasi butiran pasir yang kecil-kecil. Kalian kira gunung itu apa? Ya kumpulan batu-batu kerikil kecil ditumpuk hingga sebegitu besarnya itu. Gambar dinosaurus itu akumulasi dari titik-titik kecil yang disambung, dipenuhi itu kertas. Hanya sedikit yang bersih dari coretan.

Makanya ta'rif taat itu adalah tidak pernah melakukan dosa besar, dan tidak terperosok dosa kecil.
Itu yg disebut:
وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا
Tidak terperosok
Orang seperti ini tidak bisa dikatakan kafir atau murtad. Hanya khawarij yang secara goblok mengatakan orang seperti ini menjadi keluar dari Islam.
Kalian tidak usah bermusuhan dengan orang Islam. Kalaupun musuhan ya yang ringan2 saja.
Misalnya:
Saling mendiamkan dengan pasangan, bergosip dengan tetangga, pokoknya jangan menyantet jangan membunuh. Paham ya. Klo tidak cocok ya cukup bergosip, bikin grup gosip sendiri: geng kecewa. 😆

Misalnya pengurus masjid yang terdepak, akhirnya bikin kelompok antitakmir yang sekarang. Nanti dia yang maju menjadi pengurus, yang turun gantian menggunjing. 😆Cukuplah pakai kegiatan geng kecewa menggunjing. Menurut saya itu bagus. Yang penting tidak dihalalkan, menggunjing itu barang haram, tapi daripada jadi bisul, ya menggunjing saja, yang penting tidak membunuh, itu disebut:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
Kalau kau berhasil menghilangkan dosa besar, insyaAllah yang kecil diampuni.

Makanya akidah ahlussunnah, meskipun orang itu tidak istighfar tidak bertaubat, tapi kalau menghindari dosa besar, dosanya yang kecil dihilangkan.

wa bijtinabin lilkabair tughfaru shaghairu wa jalludzu yukaffiru
Orang jika berhasil menghilangkan dosa besar, dosa kecil dihilangkan oleh Allah

Tapi itu tadi syaratnya kalian ingat2: yang kecil tetap kecil.
Beras sekarung itu dari butiran beras2 kecil.
Lha ini penting saya peringatkan. Ulama harus terus menyampaikan begini ini.

Doa Penutup:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
(7x)

***
Transkrip dari video Ndherek Para Kyai:
https://www.youtube.com/watch?v=WSi3kWyggH8

0 comments:

Posting Komentar