"HANYA NAMPAKNYA"
Al-Quran bagaimanapun juga adalah bahasa, wahyu berkarakter sebagai bahasa. Masalah yang terjadi pada umat Islam adalah bahasa tiba-tiba diimani menurut sekehendaknya sendiri, tidak menurut kehendak ilmiah. Akibatnya merasa janggal dengan ayat2 Al Quran.Ketika banyak ilmuwan yang penemuannya lebih diakui secara ilmiah daripada tulisan-tulisan agama, akhirnya menimbulkan keguncangan iman di kalangan umat Islam.
K.H. Ahmad Baha'uddin Nursalim |
CONTOH:
(1)
Nabi SAW pernah menyampaikan bahwa Bulan itu di langit ketiga, lalu matahari di langit ke sekian, lalu langit terakhir itu langit yang dihuni Jibril.
Ketika ada berita astronot AS bisa mendarat di Bulan, rata-rata kyai desa dulu tidak percaya karena Nabi saw saja harus meminta izin bersama Jibril agar dibukakan pintu menuju ke sana.
(Itu karena) lafadz lughat diimani menurut kehendak sendiri
Masalah umat islam: bahasa diimani menurut sekehendaknya sendiri, tidak menurut kehendak ilmiah.
Sama' atau langit dibayangkan satu area yang tidak tersentuh (hanya dihuni malaikat, dsb.) Akibatnya tidak percaya jika manusia sampai Bulan yang ada di langit ketiga.
Padahal tdk begitu. Imam Rozi menjelaskan istilah sama' itu istilah lughat untuk menyebut sesuatu yang tidak bumi.
Sama': Sesuatu yg tidak bumi, mutlaqul uluwwi, sesuatu yg atas.
Bukti: Surat Ibrahim ayat 24
Artinya:
Kalimat toyibah ibarat pohon yang toyibah, yaitu kurma, akarnya menghunjam ke bumi, dahannya menjulang ke LANGIT.
(2)
Ketika ditemukan astronomi (ilmu falak) bumi itu berputar, ketika di atas kita mengalami siang, ketika di bawah kita mengalami malam. (pergantian siang malam tanda bumi berputar)
Oleh sebab itu, iman hendaknya disertai dengan ilmu.
(3)
Mengapa Al Kahfi 86 matahari tenggelam ke air laut?
Maka secara lughat diartikan: fi ra'yil'aini, sawangane
(4)
Maka ayat tidak bercampurnya air sungai dan air laut, hakekatnya tidak pernah bertemu (arrahman 19-20), dapat terjawab dengan fi ra'yil 'aini, sawangane
Banyak ayat yang terjawab oleh teori fira'yil aini (sawangane). Ini masalah ilmiah yg bisa menjawab beberapa kejanggalan dhahirnya nas agama
(5)
Kyai dulu percaya bahwa ada lima hal yang hanya Allah yang mengetahui, termasuk apa yg dalam rahim. Tapi iman itu akhirnya terguncang dengan temuan USG yang bisa melihat jenis kelamin bayi. Padahal Allah hanya dhawuh waya'lamuna fil arham. Ma secara nahwu lafadz mubham, tidak harus menunjuk jenis kelaminnya lelaki atau perempuan, tapi apa saja, bisa terkait nasib, kesehatan, gen.
Tapi tahu2 lewat perasaan kita sendiri menentukan "apa yg ada di dalama rahim" itu adalah jenis kelamin. Itulah mulainya agama rusak, sesuatu dimaknai menurut kehendaknya sendiri.
(6)
Surat Hud ayat 6
"Kabeh sing nggremet ing bumi Allah nanggung rezekine."
Rizki =
sejak oksigen, ujung rambut, hingga ujung kuku kaki, tidak dihantam musibah, dsb
berkaitan dengan potensi. Teori rezeki inilah yg akan membuat manusia mudah bersyukur tapi juga tidak mudah kebablasan. Inilah alQuran.
Tapi imanmu pada ayat itu goncang ketika ga punya uang, ga punya beras. Karena kamu kira rezeki = uang atau harta belaka. Itulah memaknai AlQuran sekehendak sendiri. Itulah yang merusak tatanan. Manusia ujung2nya dzaluman jahula. banget dzalim dan bentonya.
Berulangkali Allah memperingatkan keterĺaluan zalim dan jahilnya manusia.
Manusia membayangkan kalau naik pesawat akan kecelakaan, jika di dalam rumah selamat. Padahal manusia yang berada di rumah semua adalah korban ketika gempa melanda. Manusia kira klo naik kapal laut akan tenggelam, padahal orang2 di darat dan berada dalam rumah adalah yang tenggelam waktu tsunami menerjang.
Manusia takut thd sesuatu yang besar, takut mati diterkam macan atau diseruduk badak. Padahal manusia mati rata2 karena kuman, barang yg demikian kecilnya.
***
Pengajian Gus Baha', Arrahman 19-30, 26 Januari 2007?
https://www.youtube.com/watch?v=deDEp31HubY
(Pada suatu pengajian, melihat perdebatan2 sosial politik Islam dalam ayat2 Madaniyah, Gus Baha' memperkirakan inilah yang akan menghilangkan ilmu Islam. Bukan karena kalah secara ilmiah, tapi akibat "cangkem elek" sosial politik. Entah di pengajian yg mana, saya lupa)
Maaf jika kliru mencatat. Mohon dikoreksi
0 comments:
Posting Komentar