Ini hanya mencatat sementara benang merah isi pengajian Gus Baha'. Sambil tetap ingat pesan Mbah Moen tentang kerukunan persatuan. Juga ulama dan habaib yg jadi pedoman.
Perpecahan dlm tubuh Islam yg terjadi mulai terlihat sejak sayidina Ali dan sayyidah Aisyah selama ini membuat saya yg tdk dpt mengimani sisi baik dlm sejarah Islam. Bagaimana mungkin Islam spt seburuk yg saya bayangkan sejak awal, itu adalah takdir yg harus saya lalui. Bahkan saya lebih dulu mengagumi kitab Mahabarata yg bisa mencipta kisah konflik yg begitu rumit dgn tokoh2 yg tanpa ada yang salah, semuanya benar dari sisi masing2.
Syukurlah Gus Baha' dengan cerita2 sirahnya yang mengalir, saya akhirnya dapat menerima. Saya yg tidak pernah membaca khazanah Islam secara detail, kini mendapatkan gambaran seperti film yang mulai runut. Mendengar apa yg beliau sampaikan tentang hikmah2 "kesalehan akan berujung tragedi" dan "tragedi akan membuahkan berkah", juga tentang hikmah jihad akbar melawan hawa nafsu, kini saya bisa membayangkan bahwa sejarah Islam adalah Mahabarata yg sebenarnya.
Kitab Tarikh Barzanji dan Diba' terjemahan |
Pengajian beliau yang seringkali ringan penuh tawa gembira, khusus di bagian konflik dan fitnah zaman ini beliau menahan diri. Bagi saya itu menunjukkan keseriusan beliau agar para pendengar benar2 memahami duduk persoalannya.
Dalam beberapa video, Gus Baha' juga menekankan perlunya belajar termasuk kitab Barzanji dan Diba', dibaca sebagai sejarah, bukan seolah sebagai mantra. (jadi ingat pesan Sukarno JASMERAH: Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah). Hal tersebut kembali beliau ulang dalam istighotsah rutin LPNU di halaman gedung PBNU Pusat, 25 September 2019 (videonya dishare siang td oleh anggota).
Juga dalam membahas kedua kitab di atas, sebelumnya beliau telah menyampaikan bahwa Islam Indonesia masuk melalui orang2 Syiah Zaidiyah.
Tafsir al Baqarah 130-143 https://www.youtube.com/watch?v=Vw5x21b49IY&t=49m12s
Mendengar ini, saya teringat ketika dulu saya menelusuri kerajaan Islam pertama di Indonesia. Dari internet saya mendapati tulisan bahwa sebagian sejarawan berpendapat kerajaan Islam pertama adalah Perlak yg beraliran Syiah. Atau teori2 kedatangan Islam di Indonesia yg saya terima di sekolah dulu.
Gus Baha' juga telah menyampaikan bagaimana dzurriyah Rasulullah SAW berdiaspora karena konflik. Sebagian bahkan mengharuskan perkawinan dgn penduduk setempat (nonsyayyid/syarifah). Jadi beliau memandang ada kemungkinan dzurriyah Rasulullah saw berwajah mongoloid atau ras lain.
Mbah Moen tidak hanya dalam pesan, tetapi juga dalam perilaku sepanjang hidup beliau terhadap ahlul bait. Testimoni para habaib mengenang beliau lebih dari cukup sbg saksi. Mbah Moen menekankan kehati2an dlm memperlakukan sesama manusia, apalagi dzurriyah Rasulullah SAW. Menurut beliau, dzurriyah Nabi SAW tidak ada seper seribu dari yg nampak. krn ada yg nasab dan tidak nasab. Bahkan jika pun ada habaib yg sedang nakal pun, beliau minta para santri menerimanya, krn beliau menyampaikan keturunan Nabi Muhammad saw sudah dinash.
Beberapa waktu lalu di grup sejarah, juga ada yang mengunggah tulisan Maulana Habib Luthfi ttg silsilah "walisongo", silsilah dari Nabi, ke Hadramaut, kemudian ke India, ke Champa dan akhirnya ke Nusantara lainnya.
Dari pengetahuan tokoh-tokoh panutan ini bisa dilihat benang merahnya, bagaimana awalnya Islam masuk ke Indonesia. InsyaAllah bisa lengkap jika muhibbin bersabar menyimak pengajian2 beliau2. Bagi saya sekarang, rantai sanad dan silsilah yg beliau2 sampaikan itu sangat kuat dijadikan pedoman sejarah Islam, bahkan lebih kuat daripada metodologi2 sejarah lain.
Kitab Tarikh Barzanji dan Diba' terjemahan |
Tafsir Jalalain Surah Al An'am 73-74
28 Agustus 2019
(Sejarah Diba' dan Barzanji)
https://youtu.be/WWSTSW03nYQ
Karena sedang cinta pada bocoran2 ilmu di atas, tadi siang saya beli terjemahan kedua kitab yang saya baca halaman pertama saja di waktu kecil saya dulu. Saya tak pernah melanjutkan belajar ilmu agama. saya hanya ingat beberapa penggal kata: "abtadiulimlabismitadil aliyah. mustadiron ...."
"nasabun tasibun ulaa"
saya hanya dengar di corong masjid...
**Saya hanya bisa maknani bahasa Indonesia
0 comments:
Posting Komentar